Tanggapan Negatif dan Tanggapan Positif

Tanggapan adalah komentar tehadap sesuatu (bacaan, pidato, dsb). Tanggapan ada yang bersifat positif dan ada juga bersifat negarif. Tanggapan positif cenderung bersifat optimis dan santun,
Contoh:
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran guru dalam mendidik siswa menjadi salah satu ukuran keberhasilan pendidikan di sekolah. Sistem pendidikan yang baik selalu menempatkan guru sebagai “kurikulum berjalan”. Artinya guru tidak hanya dituntut dapat menyampaikan materi saja tetapi juga menjadi sumber inspirasi, pedoman bersikap sosial, dan bertingkah laku. Guru menjadi hidden curriculum yang tidak pernah kehabisan akal dan cara untuk menjadi siswa.
(Rustamaji: Guru yang Menggairahkan, 2007)

Tanggapan positif:
1. Meskipun peran guru dalam mendidik siswa sangat penting, hendaknya kita tidak selalu bergantung pada guru.
2. Selain menjadi sumber inspirasi, guru harus bisa memberikan teladan yang baik dalam setiap tindakannya.

Tanggapan negatif:
1. Karena guru adalah manusia biasa, jadi jangan terlalu berharap banyak kepadanya.
2. Sudah bukan eranya lagi jika guru dianggap sebagai “kurikulum berjalan”.

Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA(dengan perubahan)
 

Sinonim, Antonimn, Polisemi , Hipernim, dan Hiponim

1. Sinonim
Kata-kata yang maknanya hampir sama. Suatu kata dapat dikatakan bersinonim apabila kata-kata tersebut dapat saling menggantikan dalam kalimat yang sama.
Contoh:
- Tidak ada mahkluk hidup yang kekal atau abadi di dunia ini.
- Farhan gembira atau senang bisa kuliah di Universitas Tokyo di Jepang.

2. Antonim
Kata-kata yang maknanya berlawanan.
Contoh:
- Perbuatan baik dan buruk selama hidup akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
- Nilai bahasa Inggris pada semester genap dan semester ganjil tidak boleh kurang dari 7 (tujuh), jika Aan ingin masuk PTN melalui jalur PMDK.

3. Polisemi
Kata yang memiliki banyak makna tetapi makna saling berhubungan.
Contoh:
- Daun pintu itu penuh dengan ukiran.
- Daun pisang sangat baik membungkus pepes ikan.
Hubungan makna: keduanya mengandung makna lebar.

4. Hipernim
Kata yang maknanya mencakup beberapa kata lain.
Contoh:
- Iif membeli beberapa jenis unggas, yakni itik, angsa, dan ayam.
- Deden menjual macam-macam buah, yaitu mangga, jeruk, dan apel.

5. Hiponim
Kata yang maknanya telah tercakup pada kata yang lain.
Contoh:
- Permata, zamrud, dan giok termasuk jenis-jenis batu berharga.
- Mengintip, melirik, dan memandang masih dikategorikan melihat.
 

Simpulan atau Kesimpulan

Keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Oleh karena itu, letak kesimpulan berada di awal atau di bagian akhir paragraf, bahkan bisa juga intisari paragraf atau teks.
Contoh:
1. Kalau kita mengabaikan peringatan dan mendapat kesulitan, jangan melempar frustasi kepada orang lain. Apalagi kita punya kekuasaan. Jangan menyalahkan bawahan, pasangan atau orang lain. Pokoknya, kalau kita menghadapi masalah, jangan menyerang orangnya tetapi seranglah masalahnya.

2. Kalau Anda mau jadi pemenang dari setiap solusi, salurkanlah kasih sayang. Kasih itu seperti Anda memberikan air segar di tengah padang gurun kepada seseorang. Belum lama ini, saya dengar seorang suami yang memanggil kembali istriny ayang sudah menyimpang dari laki-laki lain. Ia berkata, “Walaupun Anda bersalah, saya tetap mau menerima apa adanya sesuai hukum kasih yang diajarkan pada saya”.

Simpulan:
1. Jika kita menghadapi masalah, jangan menyerang orangnya tetapi seranglah masalahnya.
2. Salurkan kasih sayang jika ingin menjadi pemenang dalam menyelesaikan solusi.


Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA(dengan perubahan)
 

Sebab-sebab Terjadinya Kalimat Tidak Efektif

1. Makna tidak logis
Contoh:
- Saya saling menyapa (tidak efektif).
- Kami saling menyapa (efektif).

2. Bentuk kata tidak sejajar
Contoh:
- Putri membeli baju itu karena diketahui bahwa baju tersebut bagus (tidak efektif ).
- Putri membeli baju itu karena mengetahui bahwa baju tersebut bagus (efektif ).

3. Menggunakan subjek ganda
Contoh:
- Majalah itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca majalah itu (efektif).

4. Bentuk jamak yang diulang
Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).

5. Penggunaan kata depan yang tidak perlu
Contoh:
- Kepada siswa kelas IIX-G dimohon berkumpul di lapangan (tidak efektif).
- Siswa kelas IIX-G dimohon berkumpul di lapangan (efektif).

6. Salah nalar
Contoh:
- Mobil Pak Tanzar Rahma Bayu mau dijual (tidak efektif).
- Mobil Pak Tanzar Rahma Bayu akan dijual (efektif).

7. Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
Contoh:
- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).
- Tamu undangan sudah hadir (efektif).

8. Kontaminasi/keracunan
Contoh:
- Nilai ulangan matematika Agis sangat baik sekali (tidak efektif).
- Nilai ulangan matematika Agis baik sekali (efektif).
- Nilai ulangan matematika Agis sangat baik (efektif).




Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan
 

Perubahan Makna Kata

1. Generalisasi (perubahan makna)
Suatu proses perubahan makna kata dari yang khusus ke yang lebih umum atau dari yang sempit ke yang luas.
Contoh:
- Kata bapak dahulu bermakna ayah, sekarang semua orang yang lebih tinggi kedudukannya disebut bapak.
- Kata berlayar dahulu bermakna mengarungi laut dengan kapal yang memakai layar, sekarang mengarungi laut dengan semua jenis kapal, tanpa layar sekalipun.

2. Spesialis (penyempitan makna)
Suatu proses perubahan makna kata dari yang umum ke yang lebih khusus atau dari yang luas ke yang sempit.
Contoh:
- Kata sarjana dahulu memiliki arti cendekiawan, sekarang gelar keserjanaan.
- Kata pembantu dahulu memiliki arti semua orang yang membantu, sekarang hanya terbatas pada pembantu rumah tangga.

3. Ameliorasi
Makna yang baru dianggap lebih baik daripada makna yang lama.
Contoh:
- Kata tunawisma lebih baik daripada gelandangan.
- Kata istri dianggap lebih baik daripada bini.

4. Peyorasi
Proses perubahan makna menjadi lebih jelek atau lebih rendah.
- Kata penjara dirasakan lebih kasar daripada kata lembaga pemasyarakatan.
- Kata cerai dirasakan lebih kasar daripada kata talak.

5. Sinestesia
Perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan dua indra yang berbeda.
Contoh:
- Kata-katamu sangat manis untuk dia.
Kata manis seharusnya ditanggapi oleh indra perasa tetapi justru ditanggapi indra pendengaran.
- Pendengaranmu sungguh sangat tajam.
Kata tajam ditanggapi oleh indra perasa, tetapi justru ditanggapi oleh indra pendengaran.

6. Asosiasi
Perubahan makna kata akibat persamaan sifat.
- Neni memberi amplop kepada petugas sehingga urusannya cepat selesai.
Kata amplop berasosiasi dengan sogok atau suap.
- Resa memiliki enam nilai yang merah.
Kata merah berasosiasi dengan jelek atau tidak baik.




Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan
 

Perbedaan Fakta dan Opini

Fakta adalah sesuatu (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan dan benar-benar ada atau terjadi. Opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang tentang sesuatu.
-Fakta:
# logis (masuk akal)
# objektif (apa adanya)
# faktual (berdasarkan kenyataan atau kebenaran)

-Opini:
# pendapat
# pemikiran
# asumsi (memperkirakan kebenaran)
# subjektif (menggunakan kata-kata sebaiknya, mungkin, pendapat saya, dsb)
Contoh:
(a) Sebanyak 20 tim balap sepeda menyatakan keikutsertaannnya di Speedy Tour d’Indonesia 2009. (b) Sembilan dari 20 tim itu adalah tim nasional luar negeri sedangkan 11 tim lainnya berasal dari dalam negeri. (c) Menurut panitia, salah satu dampak positif lomba ini adalah timbulnya minat klub sepeda lokal yang cukup tinggi. (d) Hal ini, setidaknya jika dibandingkan dengan peserta Tour d’Indonesia 2008 yang hanya diikuti 8 klub dari dalam negeri. (e) Itu artinya, ada penambahan jumlah peserta lomba yang cukup menggembirakan (Kompas, 19 November 2009).
1. Kalimat (a), (b), dan (d) mengandung informasi berbentuk fakta (benar-benar terjadi)
2. Kalimat (c) dan (e) mengandung informasi berbentuk opini.


Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan
 

Penalaran Karangan

Ada 2 macam penalaran karangan, yaitu:

1. Penalaran Induktif
Karangan yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian/contoh dan diakhiri kesimpulan umum yang merupakan gagasan utama.
Penalaran induktif dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
• Generalisasi
Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala yang bersifat khusus atau yang sejenis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Besi apabila dipanaskan dalam suhu tertentu akan memuai. Tembaga jika dipanaskan pada suhu tertentu juga memuai. Emas dan perak pun jika dipanaskan akan memuai. Jadi, semua logam jika dipanaskan pada suhu tertentu akan memuai.
• Analogi
Proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan suatu objek sampai kesimpulan yang berlaku umum.
Contoh:
Anina adalah guru bahasa Indonesia SMA Kasih 2, lulusan Universitas Negeri Semarang. Ia seorangguru yang profesional. Siswa-siswinya sangat senang karena apa yang diajarkan selalu dapat dipahami dengan baik. Wajarlah kalau nilai ujian nasional bahasa Indonesia siswa-siswi SMA Kasih 2 selalu baik. Namun, sangat dusayangkan tahun ini Ibu Anina harus pindah tugas karena mengikuti suaminya bekerja di Aceh. Oleh karena itu, Bapak Usman harus mencari guru baru lulusan Universitas Negeri Semarang dengan harapan ia juga guru yang profesional seperti Ibu Anina.
• Sebab akibat
Proses penalaran berdasarkan hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
Contoh:
Banjir di Bandung tahun ini disebut para pejabat sebagai yang terburuk dalam puluhan tahun di Bandung Selatan. Banjir ini menggenangi jutaan hektare ladang, termasuk perkebunan tebu. Banyak pohon tebu rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Jadi, sudah dapat dipastikan produksi gula pasir di Bandung akan anjlok tahun ini.

2. Penalaran Deduktif
Proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai dan diakhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku khusus.
Contoh:
Hujan deras dan angin kencang, Selasa (13/10) terjadi di Cicalengka, Jawa Barat. Angin itu menumbangkan sejumlah pohon dan papan reklame. Sebuah gapura penanda batas wilayah Desa Cikuya dan Desa Dungus Maung nyaris ambruk. Ranting pohon tanjung dan mangga di sepanjang jalan tampak berserakan. Bahkan, lampu penerang jalan pun tidak dapat berfungsi dengan baik.

3. Penalaran Deduktif-Induktif
Kalimat topik yang ditempatkan di awal dan di akhir paragraf.
Contoh:
Penyakit kaki gajah oleh cacing filarial. Cacing ini berbentuk silindris, halus seperti benang putih serta berukuran panjang 55-100 mm dan tebal 0,16 mm. Cacing jantan lebih kecil, berukuran 55 mm x 0,09 mm. Larva mikrofaliria sekali keluar jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu berukuran 200-600 mikron. Cacing ini diisap oleh nyamuk dan dipindahkan ke tubuh manusia melalui gigitannya. Kegiatan cacing mini ini menyebabkan kaki dan tangan penderitanya berubah berukuran besar atau yang disebut penyakit kaki gajah.
Pikiran utama : Penyebab penyakit kaki gajah.
Pikiran penjelas : 1. Ukuran cacing filarial
2. Ukuran cacing janatn (filarial).
3. Jumlah larva mikrofilaria sekali ke luar.
4. Nyamuk memindahkan cacing filaria ke tubuh manusia.
Pikiran utama : Kegiatan cacing mini menyebabkan penyakit kaki gajah.

4. Penalaran Induktif-Deduktif
Paragraf yang diawali dan diakhiri dengan kalimat penjelas sedangkan kalimat utamanya terletak di tengah paragraf.
Contoh:
(1) Pasar Ujung Berung setiap hari dibanjiri pembeli. (2) Sejak pukul 02.30 dini hari pasar ini sudah mulai ramai. (3) Boleh dikatakan, pasir yang menjual aneka buah dan sayur mayur itu tak pernah sepi. (4) Para pembeli silih berganti dari penjuru Bandung. (5) Bahkan ada yang datang dari luar Bandung.
Pikiran penjelas : (1) Pasar Ujung Berung setiap hari dibanjiri pembeli.
(2) Pukul 02.30 dini hari pasar ini sudah mulai ramai.
Pikiran utama : (3) Pasar Ujung Berung tak pernah sepi.
Pikiran penjelas : (4) Para pembeli silih berganti dari penjuru Bandung.
(5) Bahkan ada yang datang dari luar Bandung.

Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA(dengan perubahan)
 

Makna Denotasi dan Konotasi

1. Makna denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atau penunujukan yan lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.
Contoh:
• Selama empat hari ia berlayar menggunakan bahtera.
Bahtera = perahu atau kapal
• Tahun ini petani di desa Sindangjaya mengalami gagal panen karena padi mereka diserang tikus.
Tikus = nama hewan pengerat
2. Makna konotasi adalah makna kata yang menimbulkan nilai rasa pada sesorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.
Contoh:
• Selamat mengayuh bahtera kehidupan.
Bahtera = kehidupan berumah tangga
• KPK mengalami kesulitan menangkap tikus-tikus yang menggerogoti uang Negara.
Tikus-tikus = koruptor



Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA(dengan perubahan)
 

Macam-macam Majas

Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan, majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Majas dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu:
a. Majas perulangan/repetisi.
1) Aliterasi
Majas yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata.
Contoh: Kau keraskan kalbunya
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkai bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
2) Asonansi
Majas repetisi yang berwujud perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata.
Contoh: Segala ada menekan dada
Mati api di dalam hati
Harum sekuntum bunga rahasia
Dengan hitam kelam
3) Anafora
Majas repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.
Contoh: Kucari kau dalam toko-toko
Kucari kau karena cemas karena sayang
Kucari kau karena sayang karena bimbang
Kucari kau karena kaya mesti diganyang
4) Epifora
Majas repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat.
Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur
Aku mencercah daging ketika kau tidur
5) Simploke
Majas repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris.
Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah
Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah

b. Majas perbandingan.
1) Perumpamaan
Padanan kata yang berarti seperti dan ditandai oleh kata: seperti, sebagai, serupa, dan lainnya.
Contoh: Seperti kucing dengan anjing.
2) Metafora
Membandingkan dua hal secara implisit.
Contoh: Dia bagaikan api yang membara
3) Personifikasi
Majas yang melekatkan sifat-sifat mahkluk hidup pada benda yang tidak bernyawa.
Contoh: Bulan itu menatapku dengan dingin.
4) Alegori
Majas yang menggunakan lambang-lambang yang bersifat alegon.
Contoh: Kancil dan Buaya
5) Pleonasme
Penggunaan kata yang sebenarnya tidak perlu
Contoh: Prestasi Hany mundur ke belakang.
6) Antitesis
Majas yang mengandung kata-kata yang bertentangan.
Contoh: Mira gembira atas kegagalan Gita dalam ujian.
7) Tautologi
Majas yang menggunakan kata atau frasa yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu.
Contoh: Apa maksud dan tujuan Cepi datang ke mari?

c. Majas pertentangan
1) Hiperbola
Majas yang mengandung pernyataan yang berlebih baik jumlah, ukuran, maupun sifatnya.
Contoh: Pemikirannya sudah menyebar ke seluruh dunia.
2) Litotes
Majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan memang tak berarti buatmu.
3) Ironi
Majas yang berupa pernyataan dan isinya bertentangan dengan kenyataan sebenarnya.
Contoh: Bagus benar rapormu Nur, banyak merahnya.
4) Satire
Majas sejenis argumen, puisi, atau karangan yang berisi kritik sosial secara terang-terangan atau tersembunyi.
Contoh: Jemu aku dengan bicaramu
Kemakmuran, keadilan, dan kebahagiaan
Sudah bertahun-tahun engkau bicara
Aku masih tak punya baju
Budak kurus pengangkut sampah
5) Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
6) Klimaks
Majas yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa, dan negara.
7) Antiklimaks
Pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.
Contoh: Jangankan sepuluh ribu, seribu, atau seratus, satu rupiah pun aku tak punya.
8) Sinisme
Majas yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.
9) Sarkasme
Majas yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas.
Contoh: Kau benar-benar bajingan.

d. Majas pertautan
1) Metonimia
Majas yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Devti naik Garuda ke Bali.
2) Sinekdok
Majas yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.
Contoh Sinekdok pars pro toto: Enam ekor kambing telah dipotong pada acara khitanan masal.
Contoh Sinekdok totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Brazil.
3) Alusio
Majas ynag menunjukan secara tidak langsung ke suatu peristiwa yang telah diketahui orang.
Contoh: Apakah peristiwa Semanggi akan terjadi lagi di sini?
4) Eufimisme
Ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang lebih kasar.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
5) Elipsis
Majas yang didalamnya terdapat penghilangan beberapa unsur pentig dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (penghilangan subjek).
6) Asindeton
Majas yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejaja, tetapi tidakdihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.
7) Polisindenton
Majas yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.



Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan
 

Macam-macam Kalimat Tanya

1. Kalimat tanya konfirmasi atau klarifikasi
Kalimat tanya yang bertujuan untuk mempertegas kembali persoalan yang sebenarnya telah diketahui.
Kunci:
• Jawabannya “ya” atau “tidak”.
• Biasanya menggunakan kata “benarkah” atau “apakah benar”.
Contoh:
• Benarkah Alis seorang penyanyi panggilan?
• Apakah benar Ibu Yanti telah menyerahkan uang kepada Ibu Widi?
2. Kalimat tanya retoris
Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban secara langsung.
Kunci
• Tidak memerlukan jawaban.
• Bertujuan memberikan motivasi, semangat, dan menggugah kesadaran.
Contoh:
• Apakah kita akan membiarkan korupsi merjalela di Indonesia?
• Siapakah yang akan menanggung utang negara kalau bukan kita?

3. Kalimat tanya tersamar
Kalimat tanya yang bertujuan untuk maksud tertentu secara tersembunyi atau tersamar.
Kunci:
Dipakai untuk memohon, meminta, menyindir, membiarkan, melarang, dsb.
Contoh:
• Bolehkah saya mengetahui namamu, Nak?
• Bersediakah kamu membersihkan ruangan yang kotor ini?
• Apakah ini yang namanya ucapan terima kasih?



Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan
 

Homonim, Homograf dan Homofon

1. Homonim
Dua kata atau lebih yang tulisan dan lafalnya sama tetapi artinya berbeda.
Contoh:
-Genting rumah itu banyak yang pecah.
genting = atap
-Akibat kecelakaan lalu-lintas, kini keadaan Ririn sangat genting.
genting = gawat

2. Homograf
Dua kata atau lebih yang tulisannya sama tetapi lafal dan artinya berbeda.
Contoh:
-Dani memberikan apel kepada Puspita.
apel = nama buah
-Apel minggu depan akan dilaksanakan oleh kelas IX-I.
apel = upacara

3. Homofon
Dua kata atau lebih yang lafalnya sama tetapi tulisan dan artinya berbeda.
Contoh:
-Susi pergi ke bank Aman untuk membuka rekening baru.
bank = lembaga penyimpanan uang
-Bang Azis membeli mobil bekas dari Surabaya.
bang = kakak


Sumber: SPM Bahasa Indonesia SMK dan MAK Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional, PENERBIT ERLANGGA, dengan perubahan