1. SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba
Orang-orang miskin menentang kemeleratan
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu karena wajahmu muncul
dalam mimpiku
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu karena terlibat aku di
dalam napasmu
Dari bis kota ke bis kota kamu memburuku
Kita duduk bersandingan menyaksikan hidup yang kumal
Dan perlahan tersirap darah kita, melihat sekuntum bunga
telah mekar dari puing masa yang putus asa
WS Rendra
2. SAJAK JOKI TOBING UNTUK
WIDURI
Dengan latar belakang
gubug-gubug karton, aku terkenang akan wajahmu
Di atas debu kemiskinan, aku berdiri menghadapmu
Usaplah wajahku, Widuri
Mimpi remajaku gugur di atas padang pengangguran
Ciliwung keruh, wajah-wajah nelayan keruh, lalu muncullah
rambutmu yang berkibaran
Kemiskinan dan kelaparan, membangkitkan keangkuhanku
Wajah indah dan rambutmu menjadi pelangi di cakrawala
WS Rendra
3. GAJAH
DAN SEMUT
Tujuh gajah cemas
Meniti jembut serambut
Tujuh semut turun gunung
Terkekeh-kekeh perjalanan kalbu
Sutardji Calzoum Bachri
4. PADA
SUATU HARI NANTI
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi diantara larik-larik ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak
ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Sapardi Djoko Damono
5. SAJAK
KECIL TENTANG CINTA
Mencintai angin harus menjadi
suit
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi
terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas
jarak
Mencintai-Mu harus menjadi aku
Sapardi Djoko Damono
6. HATIKU SELEMBAR DAUN
Hatiku selembar daun melayang
jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
terbaring di sini
Ada yang masih ingin kupandang, yang selama
ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi sebelum kau
sapu tamanmu setiap pagi
Sapardi Djoko Damono
7. CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis sekarang sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
Di leher kukalungkan ole-ole buat
si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi
terasa aku tidak ‘kan
sampai padanya
Di air yang tenang, di angina
mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku
tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuhi
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan
cintaku?!
Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku
mati, dia mati iseng sendiri
Chairil Anwar
Sumber: Naskah Ujian Praktik
Bahasa Indonesia
2010/2011
0 Saran:
Posting Komentar